Saturday, November 18, 2017

1. Pengalaman Pertamaku Menjadi Waria

Malam itu, aku sedang berada di dalam mobil kijang kapsulku dengan perasaan yang tidak karuan. Semua perasaan bercampur aduk, antara perasaan senang, deg-degan, takut, dan penasaran semua jadi satu. Harum parfum Issei-ku yang sudah bercampur bau keringat dinginku menambah suasana terasa sama sekali asing buatku. Sudah hampir lima belas menit aku menunggu kedatangan seseorang bernama Arman yang baru kukuenal beberapa minggu yang lalu di chatting.

Selama lima belas menit itu, aku bolak-balik mengecek penampilanku, apakah masih terlihat menawan dan fresh seperti saat keluar salon tadi. Aku memakai gaun terusan pendek sekitar 20 cm di atas lutut berwarna biru muda dengan tali yang kecil di bahuku. Lumayan tipis juga soalnya BH-ku yang berwarna htam bisa kelihatan samar-samar. Kakiku yang mungil dibungkus dengan sepatu hak tinggi warna silver. Sehelai syal sutra melingkar dengan manisnya di leherku menyelinap di antara helai-helai rambutku yang panjangnya melebihi bahuku. Wajahku yang lonjong dihiasi make up tipis tapi lumayan elegan dan tentunya menambah manis penampilanku. Sepasang anting yang lebih mirip gelang karena cukup besar diameternya menghiasi kedua telingaku.

Aku sudah hampir habis menghisap light mentolku yang ketujuh ketika seseorang mengetuk kaca mobilku yang terbuka sedikit. Reflek tanganku langsung memencet tombol power window dan seketika itu tampak senyum menawan yang langsung membuatku tersipu. Senyum menawan itu milik seorang pemuda berkulit putih dengan rambut sedikit ikal dan tampang yang lumayan cakep ditambahsepasang sunggingan lesung pipitnya.

"Hallo, saya Arman, kamu Natasha yah", tanyanya sambil tersenyum dan mengulurkan tangannya menyalamiku. Aku yang masih tersipu hanya mengganggukan kepalaku saja.
"Aku naik yah", tanpa kujawab Arman sudah bergegas memutar dan membuka pintu kiri mobilku. Aku hanya bisa membisu dan benar-benar nggak tahu mau berbuat apa. Setelah dia masuk baru aku tahu kalau Arman bertubuh lumayan kekar dan keliatannya sedikit lebih tinggi dari aku.
"Ayo, kita jalan Nat", katanya,"Aku rada laper nih", katanya.
Sejenak aku masih terdiam dan tak berapa lama mobilku sudah melaju perlahan di jalanan Bandung yang habis diguyur hujan sore tadi. Sambil terus muncul pertanyaan yang terulang-ulang sejak tadi,"Sedang mimpikah aku".

Namaku Natasha. Aku lahir sebagai pria normal bernama Nathan dari keluarga yang lumayan berada di Bandung. Aku berumur 24 tahun dan baru lulus dari kuliahku di jurusan psikologi dari sebuah universitas swasta di Bandung. Wajahku sebenarnya lumayan cakep, putih mulus, tanpa jerawat dan jakun yang hampir tak kelihatan. Tubuhku boleh dibilang langsing dengan tangan dan kaki yang nyaris tak berotot. Sekilas tubuhku mirip wanita tapi tanpa buah dada, sepasang buah dada yang selalu kudambakan. Rambut asliku hitam agak kaku panjang melebihi bahuku dengan potongan shaggy.

Sebenarnya aku tidak tahu mulai kapan aku mulai lebih suka dengan penampilanku sebagai Natasha. Sewaktu SMP aku mulai rajin mengambil baju kakak-kakakku yang semuanya cewek dan mencobanya. Mulanya cuman buat cekikikan sendiri karena kurasa lucu banget kalau aku lagi mencoba pakaian cewek. Kemudian berlanjut dengan memakai wig milik kakakku yang kebetulan pengurus teater di kampusnya dan selalu membawa pulang semua kostum klubnya ke rumah. Dan terakhir aku mulai memakai make up milik mamaku. Entah kenapa lama-kelamaan aku merasakan sebuah sensasi yang kurasa sangat luar biasa jika sedang berpenampilan sebagai Natasha. Seolah dalam diriku ada dua kepribadian yang jelas bertolak belakang, Nathan dan Natasha.

Selama aku kuliah, aku memilih tinggal di kos dekat kampus daripada di rumahku sendiri yang notabene besar dan cukup mewah itu. Dengan alasan lebih bebas dan bisa konsentrasi penuh ke kuliah. Padahal aku tahu kalau aku pengen supaya Natasha lebih sering keluar dari persembuyiannya. Hampir setiap malam di kosku aku berubah menjadi Natasha dan pagi harinya aku menjalani kebidupan kuliahku sebagai Nathan seperti layaknya seorang laki-laki normal. Sesudah ngekos aku mulai banyak memborong baju-baju cewek di factory-factory outlet yang tersebar di Bandung. Dengan alasan hadiah untuk pacar atau adik, mulai dari celana pendek jean yang ketat, tank top, gaun panjang, kulot, sepatu-sepatu tinggi serta wig mulai dari yang pendek sampai yang panjang aku membelinya dengan alasan untuk kegiatan teater kampus. Untuk celana dalam dan BH, diam-diam kuambil milik kakakku di rumah yang kira-kira sudah jarang dipakai lagi. Dan sebagian lagi kupesan dari internet. Buat urusan alat-alat make up aku sengaja ikut jaringan MLM dari cewek temen kuliahku dengan alasan buat menambah uang jajan. Jadi singkatnya semua kebutuhan Natasha lengkap banget.

Setelah kehidupanku di kamar kos sebagai Natasha kujalani selama kuliah, aku mulai terpikir merasa jenuh karena seakan tidak ada tantangan. Natasha dalam diriku mulai pengen keluar dari kamar kos dan mencari pengalaman yang baru. Siang itu di warnet sesudah nge-browse cewek-cewek transsexual dari internet, aku iseng nyari kenalan lewat chatting. Dari situlah aku berkenalan dengan Arman. Berhari-hari aku mengaku sebagai Natasha seorang cewek centil kesepian dari Bandung yang lagi cari cowok.

Tanpa diduga suatu hari setelah ngobrol macem-macem Arman mengutarakan kalau dirinya lebih menikmati 'making love' sama waria. Terus terang saat itu aku agak kaget bercampur senang sambil meyakinkan Arman kalau kelakuannya itu menurutku wajar-wajar saja. Setiap chatting Arman selalu tak pernah absen menceritakan pengalaman-pengalamannya dengan cewek-cewek warianya yang selalu berhasil membuatku masturbasi berulang-ulang sepulang dari warnet. Membayangkan tangan-tangan Arman yang memelukku dari belakang, bibirnya yang mencium helai rambutku, memainkan penisku dan membangunkannya dari tidurnya.
"Aaachh.., mmhh..," desahku sambil terus mendesah lirih.
Sekali lagi aku menikmati khayalanku sendiri dengan Arman. Lelehan air maniku di pahaku yang putih saat itu akhirnya menyadarkanku kalau aku sudah horny banget sama seorang yang bernama Arman.

Lama kelamaan aku tak tahan lagi dan hari itu, Minggu pagi, aku akhirnya mengaku pada Arman kalau aku bukan cewek seperti umumnya kalau aku adalah seorang Natasha yang sebenarnya.
"Man, aku mau membuat pengakuan, nih", tulisku di lajur chatting.
"Pengakuan apa Natasha sayang, kalau kau naksir sama aku yah he.. he.. he.." balasnya enteng tanpa tahu aku yang lagi deg-degan berat.
"Itu juga sih he.. he..," tulisku lagi,"Bukan, soal siapa aku sebenarnya, Man". Tanpa menunggu jawaban dari Arman aku menulis lagi,"Kalau aku sebenernya tak jauh beda sama waria-waria yang sering kamu ceritain."
Sejenak hening dan tak ada balasan dari Arman. Aku sempet bingung dan berpikir kalau aku salah mengatakan ini ke Arman.
"Man, kamu masih di sana", tanyaku.
Tak lama ada jawaban dari Arman,"Kamu serius, Nat, aku nggak tahu mau ngomong apa".
"Iya, aku serius dan aku pengen ketemuan, Man. Kamu mau apa nggak kalau kita ketemuan?", tanyaku sedikit memelas,"kamu nggak marah kan, Man."

Percakapan yang cukup bikin stress itu pun berlanjut dengan mulusnya, seperti yang kurencanakan. Apalagi setelah Arman tahu kalau Natasha masih boleh dibilang masih virgin, belum pernah 'making love' beneran. Dia malah yang balik ngebet buat ketemuan sama aku.
"Minggu depan, aku ke Bandung, kamu siap-siap buat aku yah sayang," tulis Arman di akhir tulisan chattingnya.
"Oke, sampai ketemu, aku tunggu yah sayang," balasku.
Aku masih bengong dan terpaku sambil terus menatap monitor komputer. Apa yang sudah kulakukan? Aku membuat janji untuk bertemu sebagai Natasha dengan orang yang hanya kukukenal lewat chatting. Apa yang harus kulakukan?

Beberapa hari aku bingung dan terus memikirkan janji dengan Arman, akhirnya keputusanku sudah bulat untuk tetap memenuhi janjiku dengan Arman. Mungkin aku sudah kelewat horny sama Arman. Rayuan-rayuan gombalnya buat aku dan khayalanku sendiri tentang Arman mungkin sudah merasuk terlalu dalam. Aku memutuskan untuk ketemu Arman bahkan aku berniat untuk memuaskannya. Melebihi dari cerita cerita pengalamannya bersama waria di Jakarta.

Sore itu aku membuka koran infomedia seputar Bandung dan melihat begitu banyak salon-salon baru yang menawarkan servis lumayan lengkap. Muncul ideku untuk memakai jasa mereka walaupun aku sendiri sudah terlatih buat berdandan sebagai Natasha. Kupikir selain untuk memuaskan diri sendiri dan tampil cantik buat Arman, ideku ke salon bisa jadi sebagai sarana latihan. Latihan buat Natasha untuk pertama kalinya bertemu dengan orang lain selain Nathan sendiri.

Esok paginya, setelah aku mandi dengan sabun sampai wangi dan mencukur semua bulu-bulu di badanku terutama rambut kemaluanku sampai licin. Kemudian kupilih baju-baju yang akan kupakai dan membawa lengkap semua kebutuhan Natasha, aku pergi ke salon. Aku sengaja pergi pagi-pagi ke salon soalnya terus terang selain nervous banget juga aku kepikiran untuk merubah total penampilanku buat Arman.

Mobil kijangku melaju ke basement parkiran sebuah Mall dan di situ aku mulai merubah diriku menjadi Natasha. Sengaja kupilih parkir di sudut yang agak gelap dan sepi biar aku leluasa untuk berias dan berganti baju. Setelah kucopot semua pakaianku, aku mulai memakai celana dalam cewek dan BH warna hitamku. Kemudian aku memakai rok jeanku yang lumayan mini dan atasan putih dengan renda-renda di tiap lubang bajunya. Kusapu wajahku yang dengan make up tipis dan kegeraikan rambutku yang hitam sebahu. Kemudian kupasangkan sepasang anting di telingaku. Berkat pengalamanku bertahun-tahun dalam sekejap aku sudah menjadi Natasha yang cantik. Setelah kupakaikan selopku dan kacamata hitamku, aku pun siap bergegas menuju salon yang sudah aku pilih dan kutelepon dari koran kemarin.

Mmmhh.., horny rasanya dan ditambah deg-degan juga keluar di tempat umum sebagai Natasha. Soalnya ini kali pertamaku aku mengalaminya. Mulai dari mengembalikan tiket ke petugas parkiran di mall, menyetir di jalanan Bandung, sampai akhirnya siap-siap buka pintu di parkiran salon. Aku ngerasa sexy dan cantik banget pagi itu. Aku yakin ada sedikit-sedikit cairan maniku yang keluar karena pengalamanku yang lumayan heboh ini.

Setelah kuparkirkan mobilku aku mengecek penampilanku dan bergegas turun masuk ke salon yang baru buka itu.

"Selamat pagi, Mbak," sapaku pada penjaga yang ada di meja resepsionis salon itu. Jantungku masih terus berdegup makin kencang, aduh, jangan-jangan ketahuan nih kalau aku bukan cewek asli. Untunglah berkat pengalamanku selama ini menjadi Natasha dan suaraku yang memang agak lembut dari sononya, mereka tak ada yang curiga.
"Selamat pagi," balasnya,"Mau servis apa, Mbak. Eh, EMbak yang namanya Natasha yah, yang telepon kemaren sore itu?"
Aduh, senengnya ini pertama kalinya aku dipanggil Mbak.
"Eng, iya betul, banyak Mbak servis yang mau saya ambil,"jawabku sambil tersenyum.

Aku memang berniat tidak akan menyia-yiakan kesempatan pertamaku ini untuk menikmati semua kenikmatan yang memang disediakan untuk kaum wanita itu. Aku sudah merencanakan untuk menikmati semuanya mulai dari manicure, pedicure, facial, make up, sampai merubah penampilan rambutku. Aku terus terang pengen meluruskan rambutku yang agak kaku ini dengan hairbonding sejak dulu. Senang rasanya melihat cewek-cewek kebanyakan mengibaskan rambut bondingnya yang lemas. Dan mengecat rambutku dengan warna merah, brunnet, dan memotongnya dengan model baru supaya penampilanku kali ini benar-benar istimewa.

Ada satu perasaan yang luar biasa, semacam ejakulasi yang terus tertahan, selama aku menikmati semua layanan di salon ini. Hampir 6 jam aku menikmati semuanya. Termasuk lama karena aku mengambil cukup banyak layanan yang mereka tawarkan pagi itu.

Bersambung...

Pengalaman Pertamaku Dengan Nina

Sebut saja aku arif,aku 18 tahun sekarang dan pengalaman pertamaku terjadi sekitar bulan juni lalu waktu itu adalah masa2 menegangkan dimana aku sedang menunggu hasil ujianku.Aku mempunyai seorang pacar sebut saja nina,kami saling kenal karena pamanku dan bibinya menikah,jadi sebenarnya kami masih terhitung saudara,aku dan nina menjadi begitu akrab setelah pernikahan pamanku bahkan sudah seperti sepasang kekasih tapi diantara kami masih belum ada ikatan, hingga akhirnya dia yang menembakku tepat 1minggu sebelum dia berangkat ke tempat karantina,karna dia ingin pergi bekerja ke luar negeri.

Aku selalu datang ke tempatnya setiap ada waktu,dan kami tetap berkomunikasi walau hanya melalui telepon genggam, hanya pada saat hari minggu saja kami bisa jalan bersama.Berawal dari jalan2 ke tempat yang dipilihnya, yang ternyata menjadi tempat pilihan para pasangan yang ingin mendapatkan kebebasan inilah aku mulai berani merealisasikan khayalanku tentang seorang wanita, bagaimana tidak 1hal yang q takutkan akan merenggangkan hubungan kami seperti penolakan sama sekali tidak ia perlihatkan, bahkan dialah yang menuntun tanganku untuk menjamah payudaranya, mengajari bibirku agar lincah bercumbu dan menarik lidahku agar merogoh kerongkongannya setelah "insiden" ditempat itu obrolan kami baik langsung maupun melalui telepon selalu mengarah ke hubungan sex. Sangat terasa kekecewaanku saat begitu banyak rencana yang telah ku siapkan gagal karna dia akan dikunjungi keluarganya.Saat malam senin aku hanya melamun membayangkan ide2 gilaku yang tak terwujud,sampai akhirnya sebuah sms membangunkanku dari lamunanku, ya itu Nina.


"mas(begitu caranya memanggilku)besok aku pulang karna akan ada razia di tempat karantina,mas bisa datang kerumah kan?" ya pada saat itu gadis dibawah 20 tahun memang tidak di perbolehkan berada di karantina, maka dg hati gembira aku menjawab. "tentu saja".

Singkat cerita q dan nina selalu bersama d saat ia di rumah, hingga akhirnya aku harus mengantarnya kembali saat ia harus kembali ketempat karantina,waktu itu selepas magrib aku dan nina berangkat kekarantina menggunakan motorku sepanjang jalan ia terus berkata bahwa ia masih merindukan keluarganya dan benar saja, ketika kami hampir sampai di tempat karantina dia menangis,karna tak tega maka aku memintakan izin untuk nina berlibur 1hari lagi, akhirnya kami kembali ketika kami hampir sampai dia kembali menangis "sebenarnya aku masih kangen sama kamu mas" katanya, karna merasa di permainkan akupun marah dan berkata "baiklah puaskan kangenmu dan kita pulang"

Berkali2 dia minta maaf karna dia tahu aku marah hingga akhirnya akupun terlarut dalam svasana dan akhirnya kami berhenti di tengah jalan dan saling melepas rindu.
Hingga akhirnya aku tersadar bahwa waktu menunjukkan pukul 23.00 di saat itu aku benar2 bingung kemana aku harus membawanya hingga akhirnya terbesitlah pikiran bejatku,ku bawa dia kerumahku yang memang sepi karna hanya di huni 4 orang aku,adik perempuanku, pamanku serta istrinya yang sebenarnya adalah bibi nina.

Dengan perasaan was2 kubawa nina ke kamarku di lantai 2 sedangkan pamanku dan istrinya berada di ruang tengah. Sampai di kamarku terbesitlah pikiran jahat ku untuk memperkosanya toh,sepertinya dia memberiku peluang itu. Tapi pikiran itu terkalahkan oleh ketakutanku akan teriakannya yang pasti akan mengundang pamanku. Akhirnya aku memaksakan diri untuk terpejam walaupun emosi dan gelora seks ku membara, hingga akhirnya kurasakan hembusan nafas di leherku walaupun kaget tapi aku mencoba untuk tetap tenang,tanpa sepatah katapun keluar kurasakan tangannya membelai2 rambutku dan turun ke wajahku lalu dadaku yang masih terbungkus kaos dan selangkanganku yang masih bahkan makin tegang, kurasa dia tahu bahwa aku hanya pura2 tidur, tanpa membuka mata kurasakan payudaranya menindih dadaku,badannyapun berada di atas badanku dengan lembut ia mencium dahiku kedua pipiku dan akhirnya bibirku, saat itu aku merasa bahwa nafasku sudah tak lagi stabil dan pasti dia sudah menyadarinya maka kubuka mataku dan tanpa berkata akupun melumat bibirnya cukup lama kami berpagutan hingga saat tersadar kami sudah tak lagi memakai pakaian kami sudah telanjang langsung saja kuremas dan kukulum payudaranya kurasa ia mendesis tapi dia menahannya yang kudengar hanya nafas yang memburu keluar dari mulutnya, langsung saja kubuka kedua pahanya yang mulus dan kulakukan hal yang selama ini ku khayalkan. kujilati, kusedot kemaluannya dengan ganas hanya suara kecipak yang terdengar dan akupun merasakan cairan yang agak asin tapi tak lagi ku pedulikan,hingga akupun ingin merasakan kemaluanku dikulum saat kusodorkan "milik"ku entah karna begitu bernafsu atau apalah nina menarik kemaluanku dengan kasar hingga aku mengaduh dia minta maaf dan mulai mengulum kemaluanku sebenarnya aku menyukainya, tapi aku sudah tak tahan ingin merasakan kemaluannya maka kutarik dan kuarahkan milikku ke kemaluannya tapi aku sempat bertanya "bolehkah?"

Dia tak menjawab dan hanya mengangguk,akhirnya ku mulai mencoba memasukkan milikku tapi aku cukup kesulitan mencari lubang itu, hingga akhirnya tangannya bergerak menggapai kemaluanku dan membimbingku ke arah yang benar dan seketika itu juga aku mengetahui bahwa ia tak lagi perawan. Tapi ia sempat mengaduh pelan dan meringis ketika milikku masuk seluruhnya, akhirnya kudiamkan milikku didalam kemalvannya beberapa saat, yang ku tahu kemaluan wanita membutuhkan waktu untuk beradaptasi.

TAMAT

Pengalaman Pertama Terbuai

Perkenalan pertamaku dengan Mai terjadi karena kebetulan ada kuliah umum gabungan untuk dua fakultas dari seorang ekonom nasional. Biasa saja, kebetulan ada bangku kosong di sebelahnya dan aku mengisinya. Kebetulan memang tinggal itu satu-satunya bangku kosong pada daerah strategis, di belakang dan dekat pintu keluar. Wajahnya khas gadis cantik berdarah Tionghoa, bulat telur, putih kekuningan, mata bulat kecil dengan sudut-sudut mata agak menyipit ke atas, hidung kecil mancung, bibir tipis agak lebar. Saat itu nampaknya dia tidak menggunakan make-up tebal. Tidak terlalu mencolok dibandingkan teman-temannya yang bermake-up tebal.

Seperti biasa, perkenalan diawali basa-basi tanya angkatan berapa? dst.. dst.. Dan.. sebulan kemudian kami sudah jalan bareng. Kontak-kontak fisik baru hanya sebatas bergandengan tangan, memeluk pundak, sun pipi. Inipun sudah mampu menimbulkan "kekerasan" di bawah celanaku karena ternyata badan Mai memancarkan bau yang "aneh", bukan bau keringat, juga bukan bau parfum, semacam bau jamu lulur badan, dan bau tersebut menimbulkan rasa betah berdekatan dengan Mai.

Petualangan seksualku dan Mai pertama kali terjadi kira-kira 6 bulan setelah jalan bareng bersamanya. Saat itu kira-kira pukul 19.00 Mai mampir ke kamar kost-ku, yang kebetulan di dekat kampus. Sebetulnya biasa seperti itu, kira-kira pukul 21.00 selalu kuantar pulang ke rumah orang tuanya.

Begitu juga kali ini, datang terus cium pipi dan sedikit bibir, terus Mai "lesehan" di sofa dan kami ngobrol segala macam kesana-kemari. Sampai akhirnya Mai "lesehan" di pelukanku sambil nonton sinetron di TV dan aku melingkarkan kedua tanganku dari belakang ke perutnya. Rupanya Mai begitu "exciting" dengan pengalaman pelukan pertama ini. Kedua tanganku dipegang erat-erat, dan matanya terpejam sambil wajahnya menengadah ke atas. Mulailah aku mencium pelipisnya dan Mai bereaksi dengan sedikit lenguhan sambil menggerak-gerakan kedua kakinya bergesekan dan melipat lututnya. Tersingkaplah paha Mai yang putih, mulus, agak berkilap-kilap. Dan Mai juga tidak berusaha menutup belahan rok midi (bukan mini) yang tersingkap tersebut. Kaki-kaki langsing, putih bersih, dengan latar belakang rok mini warna pink dan pangkal paha yg dibalut celana dalam katun berwarna coklat muda membentuk pemandangan indah yang tak terlupakan.

Aku lanjutkan dengan mulai merambah daerah bibir, dan Mai ternyata bereaksi makin hebat. Tangan kananku digesernya masuk ke bawah belahan blouse dan ditempatkan di payudara sebelah kirinya. Secara otomatis juga tanganku meremas-remas gunung kembarnya. Kususupkan jari-jariku ke bawah BH sampai menyentuh puting susu Mai yang sudah berdiri mengeras. Mulai muncul sentakan-sentakan kecil di pinggul Mai. Rok mininya pun sudah tersingkap sempurna, begitu juga blouse putihnya sudah "berantakan". Kulanjutkan meraba-raba dan kadang-kadang menjepit puting susu Mai dengan jari tengah dan ibu jari, dan saat itu juga selalu Mai melenguh agak keras sambil tersenyum dan pinggulnya menggelinjang kecil. Berganti-ganti kuraba payudara kiri dan kanan. Aku lihat juga celana dalam Mai ternyata sudah basah kuyup (juga celana dalamku).

Kira-kira 15 menit kemudian kami berhenti sejenak untuk merubah posisi. Kugelar kasur dan kami rebahan berdampingan. Mai mulai melepas blousenya. Dilanjutkan aku yang melepas BH-nya yang juga berwarna coklat muda. Wuih.., bukan main.. kedua bukit kembar itu mengeras, puting yang berwarna coklat sudah mencuat. Kali ini aku yang berinisiatif menjilati kedua puting susunya bergantian kiri-kanan. Kadang-kadang aku jepit dengan bibir, sementara kedua tanganku meremas-remas bagian bawah payudaranya itu. Aku benar-benar menikmati lekukan-lekukan dan tonjolan kecil-kecil di sekitar puting susunya dengan lidah dan bibirku dan Mai terlihat berusaha menahan rasa geli dengan mencengkeram kasur kuat-kuat sambil tentu saja melenguh-lenguh sambil sekali-sekali tertawa.

Tiba-tiba badan Mai mengejang, punggungnya terangkat, pangkal pahanya berguncang hebat, menggelinjang maju-mundur beberapa kali. Sepertinya Mai tidak mampu lagi mengontrol pangkal pahanya itu. Dan payudaranya pun menjadi lembek kembali. Setelah guncangan berhenti kulihat Mai masih memejamkan matanya tapi tangannya sudah tidak mencengkeram kasur lagi, kali ini tangan Mai mengusap-usap kepalaku. Rupanya betul-betul pengalaman orgasme yang pertama bagi Mai. Maksudnya orgasme dengan melibatkan orang lain.

Sambil Mai "beristirahat" kulanjutkan "penjelajahan", kali ini agak merambat ke bagian perut Mai. Lidahku menjilati seputar pusar sambil tangan kiriku memijat payudaranya kiri-kanan bergantian. Tangan kananku mulai masuk ke bawah rok mengusap-usap perut Mai agak di bawah pusar sampai pinggul, tapi masih di luar celana dalamnya. Lagi.., Mai mulai melenguh-lenguh dan tertawa-tawa kecil. Tak lama kemudian terasa payudara dan puting susu Mai mulai mengeras lagi. Kulihat juga matanya sudah mulai terpejam lagi, dan lenguhan-lenguhannya terdengar makin keras, manja dan menggemaskan. Tangannya juga sudah mencengkeram kasur lagi. Usapan tangan kananku turun sedikit ke daerah "segitiga emas" dan tanganku bisa merasakan jejak rambut kemaluan Mai dari luar celana dalam katun yang basah kuyup itu. Tanganku terus bergerak ke paha dan lutut Mai yang terkatup rapat. Kuturunkan lagi, kali ini telunjuk dan jari tengahku, ke bagian dalam antara paha dan lututnya.

Tiba-tiba kedua paha Mai membuka dan aku leluasa mengusap-usap seluruh bagian dalam paha itu. Akhirnya jari-jariku mulai menyentuh bagian kewanitaannya. Celana dalam yang basah kuyup mempermudah jariku menikmati bibir kemaluannya, lipatan-lipatannya, tonjolan klitorisnya, dan juga jejak rambut kemaluannya. Jari tengahku kutempatkan memanjang di belahan liang kewanitaannya sementara telapak tanganku menggenggam bagian atas yang berambut. Mulailah kugesekkan jariku maju-mundur sambil sekali-sekali menekan tonjolan klitoris dan kadang-kadang meremas-remas gundukan rambut kemaluannya. Lenguhan-lenguhan Mai sudah berubah menjadi erangan kuat tanpa tawa-tawa kecil. Sampai akhirnya kembali tubuh Mai mengejang dan bagian pangkal pahanya kembali menghentak-hentak kuat tanpa terkontrol.

Mai yang tampak kelelahan terlihat berusaha mengatur nafasnya yang masih tersengal-sengal. Tak lama kemudian Mai tertidur sebentar, dengan hanya mengenakan pakaian bagian bawah saja. Dan karena sudah saat makan malam, aku keluar sebentar untuk membeli nasi goreng.

Begitu kembali, Mai ternyata sudah menutupi tubuhnya dengan selimut, tapi seluruh pakaiannya, luar dalam, sekarang terlipat di sofa sepertinya habis disetrika. Mai betul-betul telanjang bulat dalam selimut. Kubangunkan Mai untuk makan malam dan dia seperti tidak sungkan lagi memperlihatkan tubuh indahnya. Selesai makan kubantu Mai mengenakan semua pakaiannya sambil sekali-sekali menciumi bagian-bagian tubuhnya terutama sekitar dada dan perut. Aku paling suka saat membantu mengenakan celana dalamnya. Kuciumi dulu perut dan sekitar rambut kemaluannya sambil kuusap-usap celah liang kewanitaannya sebelum celana dalamnya menutup daerah "segitiga emas" tersebut.

Dan jadilah malam itu tonggak sejarah awal petualangan seksual kami. Setelah kejadian itu, kami sering mengulanginya lagi bahkan lebih dari yang telah kami lakukan malam itu.

TAMAT

Pengalaman Menjadi Wanita

Cerita Ini terjadi ketika saya baru memasuki awal kuliah saya di sebuah Perguruan Tinggi di Bandung. Nama saya adalah Ronny. Sebenarnya saya berasal dari Jakarta, karena anjuran orang tua, saya disarankan untuk kuliah di Bandung saja. Demi keamanan dan kelancaran kuliah saya, di Bandung saya tinggal di sebuah kost yang tak jauh dari kampus. Di tempat kost tersebut ditinggali oleh cewek dan juga cowok tapi kamarnya berbeda blok jalan (dibatasi oleh sebuah gang yang lumayan lebar).

Waktu saya masuk kuliah di semester satu (saya berumur 18 tahun), saya masih agak canggung karena belum punya kenalan banyak, hingga suatu sore di saat saya selesai kuliah saya berpapasan dengan seorang cewek yang nampaknya lebih tua dari saya, mungkin dia angkatan 97. Dia tampaknya lebih tinggi dari saya, rambutnya sebahu, mukanya cute dan juga putih. Saya memandanginya culup lama, begitu juga dia, tapi kemudian dia beranjak pergi, tanpa berkata apa-apa.

Kemudian saya pulang ke kostku, dan di sana saya beristirahat sejenak. Sore itu saya agak bosan diam di kamar. Kemudian saya pergi ke warnet di dekat tempat kostku, di sana saya mulai mengecek email apa saja yang saya terima seminggu terakhir ini dan saya mulai masuk ke search engine dan mengetikkan kata shemale, bagi yang tidak tahu apa arti shemale itu, shamele sebanarnya berasal dari she + male (atau dalam bahasa Indonesianya lebih diartikan sebagai WaRia). Saya sendiri tidak tahu mengapa, tapi saya selalu tertarik mengenai topik-topik transexual, male to female (cowok yang berubah menjadi cewek), waktu di Jakarta dahulu saya sempat membeli sebuah majalah XX mengenai transexual, yang berisi gambar-gambar para "cewek" telanjang, "cewek" di sini bukan asli cewek, melainkan cowok yang sudah dirubah menjadi cewek (bisanya menggunakan hormon), atau ada pula yang disebut dickgirl (gadis yang memiliki penis), dan gambar-gambar tersebut biasanya menemaniku setiap hari di dalam WC untuk berfantasi & onani. Tubuh ku sendiri pun tidak seperti kebanyakan cowok, otot tangan dan kakiku kecil, dan juga penisku pun kecil (kalau ereksi hanya 7 cm) dan kalau tidak hanya 2,5 cm, dan bentuk tubuhku pun kecil seperti cewek, sehingga saya merasa tertarik dengan topik mengenai transgender/transexual.

Saat itu ketika saya sedang asyik melihat para "cewek" tesebut di layar PC, tiba-tiba saya terkejut setengah mati, ada seorang cewek yang menyandarkan dagunya di bahu kiri ku, tak sempat saya berkata-kata, dia menoleh dan berkata, "Hi, kamu senang yang kayak gituan yach?", wajahku langsung pucat begitu ditanya, tak kusangka ada orang lain yang mengetahui hobiku yang "aneh" ini, ketika kulihat wajahnya, ternyata cewek yang tadi sore berpapasan denganku. Kemudian dia tersenyum dan berkata, "Lho, ditanya kok diam, kaget yach", sambungnya lagi.
"Oh iya nama saya Lucy, kamu siapa?".
Dengan agak gugup saya menjawab, "Eh, iya nama saya Ronny".
Kemudian dia berkata", Mau nggak kamu nungguin aku sampe aku selesai di warnet ini?, terus nanti pulangnya bareng sama aku?".
Secara spontan saya menjawab, "Oke, Lucy".
Kemudian dia membalas berkata, "Kamu puas-puasin aja dech liat para "cewek" itu!".

Kepalaku sudah tak bisa berpikir lagi, "Apa yang terjadi, belum pernah saya ketemu cewek seperti ini..". Sambil deg-degan saya teruskan browsing gambar-gambar "cewek", tak terasa hingga satu jam berlalu, Lucy yang duduk di sebelahku, memegang tanganku dan berkata, "ayo, kita pulang sekarang..", aku pun berdiri mengikuti Lucy ke kasir, dan membayarnya.

Keluar dari warnet itu ia langsung berkata, "Kita main di kamar kostku, mau nggak?".
Tanpa pikir panjang lagi saya jawab, "Oke, dech".
Lalu saya mengikutinya, yang ternyata tempat kostnya di seberang blok dari tempat kostku. Kemudian saya masuk ke kamarnya, dia pun masuk dan mengunci pintu. Dia langsung membuka kaus ketatnya, dan menyodorkan buah dadanya yang lumayan besar ke depan mukaku, dibalik BH-nya yang berwarna putih, terlihat sangat indah.
Lantas dia berkata, "Kamu mau pake juga, yach?".
Mendengar itu saya terkejut, "Dari mana dia bisa tahu kalau saya adalah seorang crossdresser", pikirku. Belum sempat saya menjawab, ia sudah melepas BH-nya, dan memakaikannya di dadaku, saat itu penisku sudah ereksi dan ujungnya sudah mulai basah.

Kemudian dia memberi isyarat agar saya berbaring di kasurnya, saya menurut saja. Kemudian dengan perlahan dia mulai membuka celanaku dan melepasnya, kemudian CD-ku pun mulai dilepaskanya, kini saya telanjang dan memakai sebuah bra. Tak kusangka, dari balik tangannya dia mengeluarkan stocking berwarna hitam dan mulai memakaikannya di kakiku, "Ah, sungguh nikmat rasanya, pada saat stocking itu terpasang di kakiku", ternyata impianku selama ini menjadi kenyatan, bertemu seorang cewek yang mengerti hobiku.

Kemudian dia mulai memegang penisku yang sudah ereksi sejak tadi, sambil meremas dan mengoyangkannya dia berkata, "Punyamu lucu juga yach, kecil imut", sambil terus mengocoknya. Saya sudah tidak tahan, "Apa yang harus kulakukan", pikirku sambil meikmati saat indah itu. Tiba-tiba ada sebuah benda yang menusuk lubang anal-ku. Oh, ternyata sebuah dildo, mulanya terasa sakit, tapi kemudian begitu ia menariknya dan mendorongya ke dalam, mulai terasa nikmat.

Kemudian saat Lucy sudah mengocok penisku kurang lebih 10 menit terasa ada aliran dari dalam yang mau memancar keluar, "Crott", air maniku langsung mencuat keluar membasahi perut dan juga buah dadanya, nafasku sudah terengah-engah. "Ah, tak pernah kusangka, aku dipermainkan oleh seorang cewek di ranjang".
Tapi tiba-tiba dia berkata, "Ron, sekarang giliran kamu!", aku terkejut mendengarnya.
"Ayo.., aku kan belum nyobain punya kamu", tanpa pikir panjang aku langsung memasukan penisku yang hanya 7 cm itu ke dalam lubang vaginanya dan kupercepat gerakkanku.
Sambil terengah-engah Lucy pun berkata, "Lumayan, sebagai cowok loe juga asik". Sedangakan dildo itu masih berada di dalam lubang anusku dan masih bergetar. Aku pun sama-sama terengah-engah. Sampai kami berdua lelah dan mengakhiri aksi tersebut dan langsung tertidur lelap.

Esok harinya ketika aku bangun, kulihat Lucy sudah berdiri di depan kaca riasnya dan begitu menyadari aku bangun ia langsung berkata, "Hallo Ron, gimana kamu, udah kuat lagi?".
Aku pun beranjak dari tempat tidurnya, seraya mencari pakaianku, tapi tak kudapati. Lucy pun berkata, "Eh, pakaian loe udah gue masukin ke tempat cuci di kost ini".
Mendengar itu aku terkejut dan berkata, "Lho, Luc masak gue harus keluar dari sini telanjang?".
Lalu di berkata, "Tenang aja pakaianku masih ada banyak kok..!", sambil melirik ke arah lemari pakaiannya. Di situ aku baru sadar bahwa aku mau tidak mau harus menuruti kemauannya Lucy. Aku teringat dengan topik "forced feminization" yang aku sering baca di internet, tapi itu juga termasuk ke dalam fantasiku, diperlakukan sebagai cewek. Aku pikir ini kesempatanku mewujudkan fantasiku, tapi tiba-tiba aku baru sadar, aku masih harus kuliah, dan bagaimana bila aku menjadi "cewek", apakah teman-temanku masih mengenaliku? Tapi aku terpaksa, lalu aku mandi dan begitu selasai, Lucy sudah siap untuk merubahku. Langsung saja dalam waktu 20 menit aku sudah menjadi "cewek".

Pagi itu aku memakai jeans warna putih yang lumayan ketat dan sebuah kaus ketat warna pink serta sebuah wig oval. Kemudian dengan beberapa polesan tipis, dia make-up mukaku dan alhasil aku bukan Ronny lagi. Lalu aku mulai memakai sepatu sandal milik Lucy yang berhak setinggi 6 cm (impian terpendam, dari dulu saya ingin sekali memakainya). Setelah selasai aku berdiri, ternyata "keanehanku" terjadi lagi yaitu setiap kali aku menjadi feminim, penisku tidak mau tinggal diam, ia selalu saja ereksi sehingga di balik jeans tersebut menyembul "sesuatu". Melihat itu Lucy mengerti.
"Oh kamu nggak bisa sabar yach", katanya sembari memberiku sewadah pil.
Aku terkejut dan berkata, "Apa ini?".
"Ah pokonya minum aja, dan tahu beres dech, pokoknya loe minum tiap hari, oke!", katanya sembari membereskan tasnya.
Aku menurut saja dan hari itu aku kuliah bersama dengan dia sebagai Venny. Di kelas aku selalu berada di dekatnya sehingga bila ada yang bertanya padaku, Lucy langsung berkata bahwa aku adalah sepupunya.

Tak terasa kini sudah satu setengah tahun aku menjalin hubungan "aneh" dengan Lucy dan kadang-kadang aku kencan dengan dia sebagai Lucy dengan Venny. Kini aku tahu bahwa pil yang kuminum ternyata pil estrogen yang membuatku menjadi tidak cepat ereksi dan lebih feminim. Kini aku bahagia dengan Lucy sebagai seorang male yang sexless, tapi aku bersyukur bisa bertemu dengan Lucy.

TAMAT

Pelajaran Seks Untuk Anak Tetangga

Kejadian ini terjadi di pertengahan bulan Januari 2004.

Malam itu aku pulang lebih malam dari biasanya. Rapat di kantor yang berkepanjangan dan bertele-tele membuat aku cape setengah mati. Masuk ke kamar tidurku, aku membuka jas kantorku disusul dengan melorotkan rokku dan menjatuhkannya ke lantai begitu saja.

Sambil berjalan ke arah lemari pakaian, aku membuka kancing-kancing blusku. Tepat di depan lemari pakaian aku melepaskan blusku dan menjatuhkannya ke lantai pula. Aku membuka lemari pakaianku. Sejenak aku memilih-milih pakaian dalam yang akan aku pakai. Akhirnya pilihanku jatuh pada celana dalam satin tipe thong warna kuning muda dan bra tanpa tali bahu yang berwarna sama.
Kulemparkan celana dalam dan bra ke atas tempat tidurku. Setelah itu, aku menuju ke kamar mandi yang terletak di dalam kamarku.

Di dalam kamar mandi, aku membuka celana dalamku yang berwarna putih dan bra yang berwarna sama yang kukenakan sejak pagi. Kubiarkan saja tergeletak di lantai kamar mandi. Aku segera masuk ke dalam tempat shower dan mandi. Hanya dengan mandi yang bersih yang bisa mengusir segala kepenatanku seharian di kantor. Saat menyabuni badanku, aku menyabuni bagian payudara dan vaginaku agak lama. Aku menikmati sensasi saat kedua bagian tubuhku itu tersentuh, walaupun oleh tanganku sendiri. Tak lama kemudian acara mandiku berakhir. Aku kemudian keluar dari tempat shower dan menggapai handuk yang selalu tergantung di belakang pintu kamar mandiku. Dengan handuk itu, aku mengeringkan tubuhku.

Kembali ke kamar tidur, aku kemudian mengambil pakaian dalam yang di taruh di atas tempat tidur dan kupakai. Setelah itu, handuk yang kupakai kuhamparkan di sandaran kursi yang ada di kamarku. Aku membaringkan diriku ke atas tempat tidur. Bagian tubuhku yang tidak terutup oleh bra dan celana dalam yang kupakai, langsung menyentuh lembutnya sprei tempat tidurku. Aku memutuskan untuk beristirahat.

Saat baru saja hendak terlelap, aku mendengar suara bel pintu. Aku kemudian bangkit dari tempat tidurku dan menggapai jubah tidur satinku yang berwarna merah muda yang tergantung di balik pintu kamarku. Sambil berjalan ke arah pintu depan, aku memakai jubah tidurku dengan terburu-buru. Hal ini tentu saja menyebabkan pada bagian dada tidak tertutup dengan rapi. Langkah-langkah kakiku menyebabkan celana dalamku terlihat dari belahan jubah tidurku yang panjangnya hanya sepaha. Aku tidak perduli, aku hanya berpikir siapa yang datang.

Saat aku membuka pintu, aku melihat seorang anak laki-laki berumur 14 tahun. Dia adalah anak dari tetangga di depan rumahku. Ditangannya dia membawa sebuah kotak. Pertama-tama sepertinya dia terkejut melihat penampilanku sebab dia bisa melihat sebagian bra yang tidak tertutup oleh jubah tidurku.

"Ryan, ada apa, sayang?" tanyaku.
Dengan agak gelalapan dia menjawabku,
"Anu Tante, ini ada titipan dari Mama.."
"Apa ini? ", tanyaku.
Sambil menyodorkan kotak yang dibawanya, dia berkata,
"Cuma kue saja."
Aku kemudian mengambil kotak itu dari tangannya dan mempersilahkan dia masuk.
"Mama kemana?", tanyaku.
"Keluar sama papa. Mungkin agak malam baru pulang, soalnya mau ngurusi pesta"
"Pesta apa?"
"Perayaan ulang tahun perkawinan yang ke 25"
"Oh begitu.."

Aku kemudian mempersilahkan dia duduk di kursi ruang keluargaku. Aku kemudian mengambil air dari dapur dan membawanya keluar.
"Ini silahkan di minum.."
"Terima kasih, Tante.."
Aku tersenyum kecil, sebab sewaktu aku menaruh air tadi ke meja, aku melihat kalau matanya melirik ke dalam jubah tidurku, tepat ke arah buah dadaku yang tertutup oleh braku. Diam-diam aku berencana untuk menggoda anak ini. Aku kemudian duduk di sebelahnya. Sejenak kemudian, anak itu aku ajak berbincang-bincang. Sebetulnya anak itu duduknya tidak tenang, tetapi aku pura-pura tidak memperhatikannya, sampai suatu ketika dia berkata,
"Anu Tante, bra Tante bagus ya.."

Aku tersenyum kecil. Dalam hatiku aku bersorak gembira. Anak ini memperhatikanku.
"Memangnya bra Mamamu tidak bagus? ", tanyaku.
"Ngak sebagus punya Tante"
"Lho, pernah ngintip Mamanya ya..," godaku.
Dengan muka yang agak kemerahan dia berkata,
"Bukan gitu kan tahu dari jemuran.."
"Kalau gitu cuma tahu branya aja? Celana dalamnya?"
"Celana dalam juga"
"Kalau gitu bagusan mana dengan punya Tante?"
Aku kemudian mengangkat sedikit jubah tidurku. Celana dalamku terlihat dengan jelas oleh anak itu. Dengan muka yang tambah merah, Ryan menjawab,
"Punya Tante jauh lebih bagus. Punya Mama potongannya biasa saja. Warnanya pun paling putih. Punya Tante bagus sekali .."
Aku tersenyum dan terus bertanya,
"Pernah lihat Mama hanya pakai bra sama celana dalam?"
Anak itu menggeleng,
"Belum .."
"Mau lihat kalau Tante yang pakai?"

Anak itu menganggukkan kepalanya. Aku segera berdiri. Sambil tersenyum aku melepaskan jubah tidurku. Kini di depannya aku hanya mengenakan bra dan celana dalam saja.
"Bagaimana? .."
"Tante kelihatan cantik. Kayaknya Mamanya Ryan kalah deh"
"Hush .. masa Mamanya Ryan kalah?"
"Benar, Tante.. Tante cantik sekali.."
Aku kembali duduk di sofa. Kali ini aku bertanya lebih berani,
"Kamu pernah lihat payudara yang tidak tertutup bra?"
"Ngak pernah"
"Mau lihat?"
Dengan muka memerah, dia mengangguk kecil. Sambil tersenyum aku melepaskan kait braku. Setelah lepas, braku kuhamparkan di samping sofa. Payudaraku terpampang untuknya. Mulut anak itu terngangga sedikit.
"Tante betul-betuk cantik", hanya itu komentarnya. Matanya terus saja menggerayangi kedua payudaraku. Aku tambah nakal, lalu bertanya,
"Mau Tante telanjang sekalian?"

Dia mengangguk pula. Aku melepaskan celana dalam yang kupakai. Setelah itu, kubuka kedua kakiku. Vaginaku beserta bulu-bulunya terlihat olehnya. Kini seluruh tubuhku bebas dinikmati oleh anak itu. Matanya tak henti-hentinya melalap semua bagian tubuhku. Sebentar-sebentar terlihat sepertinya dia tidak tahan untuk tidak menyentuh tubuhku, tetapi karena dari aku tidak ada tanggapan, maka dia hanya bisa menahan saja.

Setelah agak lama, aku kembali berusaha mencairkan suasana dengan obrolan yang lain. Mungkin karena tubuhku dalam keadaan telanjang, anak itu sepertinya kurang menanggapi. Akhirnya setelah beberapa saat, aku mengingatkannya agar segera pulang. Aku mengambil kembali celana dalam, bra dan jubah tidurku dan memakainya kembali di depan anak itu.

Saat hendak keluar pintu, anak itu berkata kepadaku,
"Tante, terima kasih ya. Tante betul-betul cantik"
Aku tersenyum saja. Dia meneruskannya,
"Maukah Tante merahasiakannya untuk kita berdua saja?"
Sambil tersenyum aku mengangguk. Anak itu tersenyum juga. Dengan langkah yang riang, dia kembali ke rumahnya. Aku segera mengunci pintu dan kembali ke kamarku. Aku kembali melepaskan jubah tidurku. Hanya dengan mengenakan bra dan celana dalam, aku membaringkan tubuhku ke tempat tidur.

Peristiwa tadi membuat aku sangat gembira sekaligus terangsang. Aku kemudian mengambil penis dari karet dari laci tempat tidurku. Aku membuka bra dan celana dalamku dan membaringkan tubuhku yang telanjang kembali ke ranjang. Penis karetku kumasukan ke liang vaginaku dan kugerakkan maju mundur. Pikiranku kupenuhi dengan adegan dimana aku menelanjangi diri di depan anak itu. Nafsuku yang semakin memuncak akhirnya membuatku orgasme. Setelah mengalami orgasme berkali-kali, aku serasa tidak punya tenaga untuk melakukan apa-apa lagi. Dengan tubuh telanjang yang terkulai lemas dan penis karet yang tertancap di liang vaginaku, aku tertidur dengan pulas sampai pagi.

Sejak hari itu, anak tetanggaku selalu ke rumahku bila kedua orang tuanya pergi. Tentu saja setiap kali datang, aku selalu memamerkan pakaian dalam yang aku pakai dan tubuh telanjangku. Pernah satu dua kali aku membiarkannya melihatku sedang mandi. Selain itu, anak itu mulai berani meminjam pakaian dalamku untuk dipakai dan dimainkan. Kalau bertamu ke rumahku, dia akan meminjamnya dan memakainya selama di rumahku. Saat pulang, barulah dia memakai kembali pakaiannya. Tentu saja biasanya pakaian dalam yang dipakainya ikut dipakai ke rumah juga. Biasanya dikembalikan saat bertamu berikutnya. Aku memikirkan kalau bisa aku ingin memotret anak itu dengan memakai pakaian dalamku. Pasti terlihat sexy dan lucu.

Selain untuk masturbasi di kamar, dia mengaku kalau sering memakainya ke sekolah apalagi saat ujian, pikirannya lebih encer. Aku sendiri agak heran juga, bagaimana kalau teman-temannya mengetahui dia pakai bra di balik seragamnya, tetapi sepertinya dia bisa menyiasatinya.

Aku sangat senang kalau ternyata anak itu betul-betul mengagumiku, apalagi dia mau memakai pakaian dalamku. Aku tidak merasa jijik dengan laki-laki demikian, sebaliknya aku malah merasa senang.

Anak itu paling menyukai kumpulan g-stringku, tetapi aku tidak mengijinkannya untuk dipakai, sebab harganya mahal. Bagaimanapun juga aku takut jika g-stringku menjadi rusak karena dipakai olehnya. Tentu saja gaun dan jubah tidur tidak boleh juga. Koleksi string bikiniku yang bermacam-macam model dan warna adalah yang paling sering dibawa pulang selain celana dalam dan braku yang biasa aku pakai ke kantor sebab string bikini berbahan awet sedangkan pakaian dalam yang kupakai ke kantor tidak terlalu mahal.

Dalam hati diam-diam aku berharap suatu saat aku memperoleh kesempatan untuk mencicipinya, tetapi aku tidak boleh terlalu berani. Aku hanya berharap suatu saat dia akan memintaku untuk melayani nafsunya. Biasanya perasaan itu akan memuncak bila aku melihatnya memakai string bikiniku. Aku berharap bisa menyusui anak itu, walaupun tanpa air susu, hehehe.. Aku juga ingin mencoba kemaluannya yang masih tanpa bulu itu baik di mulut maupun di vaginaku. Aku belum pernah mencoba dengan anak yang belum dewasa. Mungkin rasanya akan berbeda, ya?

TAMAT

Friday, November 17, 2017

Partner Lesbi

Kejadian ini berawal dari diperkenalkan oleh saudaraku kepada seorang cewek cantik, manis dan sexy lagi, yang pasti setiap cowok yang lihat dia akan melotot dan menelan ludah akan keindahan tubuhnya. Bibirnya yang merah sensual, payudara yang montok, kencang, dan sekel, pantatnya yang sexy serta tubuhnya yang sangat aduhai.

Pada suatu hari dia berkunjung kerumah aku dan suruh aku menemani dia dirumahnya, karena enggak ada siapa-siapa, orang tuanya lagi ada kepentingan. Mulanya dia mau mengajak temannya Desy yang juga teman aku, tapi dianya tak ada. Dari perbincangan aku dengan Wina akhirnya aku mau diajak ke rumahnya. Tak lama kemudian aku sudah berada dirumahnya yang mewah sekali maklum dia anak orang kaya dan anak satu-satunya jadi sangat dimanja sekali. Tak lama kemudian dia bertanya:

"Hey Dewa kamu dapat Bantu aku enggak?" tanyanya,
"Bantu apa win..?" kataku.
"Ntar deh kamu pasti tahu?,"
"Iya apa sih?" tanyaku heran.
"Oke deh kita kekamarku aja yah?" sambil dia menuntun aku ke kamarnya.

Pas dia buka pintu, aku sangat kaget yang luar bisa aku melihat ada cewek cantik bugil sekali sedang mendesah keenakan, dia sedang mansturbasi, meremas-remas payudaranya sendiri terus menusuk-nusuk vaginanya dengan tangan kanannya. Tiba dia berkata,

"Hey.. Win.. Ko..? Lama banget sih datangnya?"
"Maaf Linda sayang, aku tadi ke rumah temanku Desy (Desy ini teman baikku, aku juga heran kenapa dia enggak ada dirumahnya, apa ini mungkin sudah rencananya kali, gumamku dalam hati)"
"Ooo begituu..?," kata Linda (Linda ini adalah teman lesbinya Mbak Wina).
"Gimana kita mulai saja yah..?," kata Mbak Wina, pada Linda yang rasanya ingin banget vaginanya dijilat.

Terus aku yang dari tadi diam hanya dapat menelan ludah, dengan nafasku yang tersenggal-senggal, apalagi di depan mataku sendiri Mbak Wina ikut-ikutan telanjang pula sampai tak sehelai benang pun melekatanya ditubuhnya. Makin cepat detak jantungku bergetar saking nafsu lihat cewek cantik bugil lagi lesbian, ditambah adik kecilku juga ikutan bangun dan rasanya ingin ikutan keluar dari celanaku untuk melihat pemandangan yang wowww..!!indah dan enak dipandang mata.

Lalu mereka berdua bercumbu, saling memadu kasih, saling cium, dan saling meremas.

"Ooohh.. Begini yah.. Cewek lesbi lagi bercinta walaupun pernah kulihat di VCD porno tapi kali ini benar-benar melihat secara langsung," dalam hatiku bicara.
"Kak Wina kita 69-an yukk.. ," kata Linda.
Tanpa ba.. Bi.. Bu.. Be.. Bo.. Langsung aja mereka berdua merubah posisi, saling memakan vaginanya masing-masing.
"Ooohh.. Mmhh.. Aahh.. Ttruus.. Kaakk.. Yang.. Dalam.. Jilat.. Kritorisku.. Ennaakk.. Sekalii..," suara erangan Linda.
Aku sunguh sangat terpesona melihat mereka berdua bergulat, aku akui memang Mbak Wina itu sudah mahir dan pandai sekali memainkan lidahnya.
"Mmhh.. Aahh.. Ooohh.. Yyess.. terus.. Donngg.. Linn.. Kamuu.. Harus banyaakk.. Berlatih.. Yang mantap jilatnya.. Yaa..?"
"Iyah kakk..?" timpal Linda.

"Kak sudah dong ahh.. Rasanya vagina Linda sudah kepengen banget nih dimasukin penisnya Mas Dewa.. En.. Kak..? Tuh.. Dewaa.. Dari tadi penisnya sudah ngaceng banget.. Kayaknya Kak Wina, penis Dewa ingin masuk deh ama vagina-vagina kita, enggak apa-apa kan kak..?" tanya Linda ke Mbak Wina sambil dia memohon agar ia diizinkan dirinya untuk dientot vaginanya.

Sebenarnya Kak Wina sangat keberatan sekali keinginan teman lesbinya itu, tapi apa daya, dia merenget minta dientot vaginanya oleh penisnya Mas Dewa, karena demi untuk keutuhan hubungan mereka maka Kak Wina pun mengizinkannya, lagian Kak Wina pun kelihatanya ingin juga vaginanya dimasukin penisku.

"Iyah.. Iyah.. Deh.. Kalau itu mau mu dan buat kamu senang dan puas, kaka juga akan ikut gembira," jawab Mbak Wina.
Lalu Linda bertanya lagi, "Kak sekali-sekali boleh dong yah..!! Kita ngerasain penis yang beneran?"
"Iyah nih..! Mbak juga kayaknya ingin banget penisnya Mas Dewa, kelihatannya enak banget," timpal Kak Wina.

Memang aku dari pertama lihat mereka, aku sudah bugil sekali sambil aku mengkocok-kocok penisku sendiri lihat mereja bedua bermain.

"Hey.. Dewaa.. Kesini dong sayang.. Bantu kakak yah cinta.. ," kata Mbak Wina merayuku, terus dia bertanya lagi, "Tadi kan kamu mau.. Bantuan kakak. Nah.. Sekarang saatnya.. Kamu penuhi janjimu cintaa.. Masukin tuhh.. penis kamu ke vaginanya Linda.. " kata Mbak Wina sambil membimbingku mendekati Linda.
"Iyah.. Yah..!!? Mbak Wina mempertegas agar aku benar-benar mau.
"Iyah nih Dewa cepet dong masukin penisnya," kata Linda yang ikutan bicara,

"Tapi Kak Wina dan Linda enggak marah kan ama aku," tanyaku.
"Ko..!!marah sih? Emangnya kamu salah apa ama kita-kita,"jawabnya.
"Aku.. kan ikutan main ama kalian terus aku masukin penisku, apa boleh itu?" tanyaku bertele-tele sambil aku juga meremas payudaranya Mbak Wina.
"Yah.. Boleh-boleh aja sih, kamu ngentotin vaginanya kita-kita, siapa yang larang kecuali kalau ceweknya menjalin hubungan cinta kasih(pacaran) ama laki-laki, itu tak boleh sebab dia sudah punya pasangan dan berarti dia sudah mengkhianati temannya, gituu..?" jawab Mbak Wina menerangkan secara singkat, tepat dan jelas.

Terus sambil kita ngobrol ama mereka, aku meraba-raba seluruh tubuh sexynya Mbak Wina sesekali aku mengelus-elus vaginanya yang sudah basah dan sedangkan Mbak Wina sendiri meremas-remas payudaranya Linda dan mengelus vaginanya Linda. Terus Linda bertanya,

"Mas Dewa kalau Mas bisa memuaskan kita berdua, vagina-vagina kita berdua ketagihan sama penisnya Mas Dewa, aku mau mengajak teman cewekku untuk ngentot sama Mas, asal aja Mas jangan mencoba menjalin hubungan (jadi sepasang kekasih) sama mereka, tapi kalau hanya ngentotin aja dan bikin puas nafsunya, kenapa tidak? Iyah.. Kan Kak Wina..?" tanya Linda ama Mbak Wina.
"Yup..!! Kamu benar sekali," jawab Mbak Wina tegas.

Maka mendengar Linda bicara begitu terus dipertegas oleh Mbak Wina, aku semakin bernafsu aja, aku terus mencium, menjilat, mengecup, mengelus tubuh mereka berdua, karena aku ingin mereka benar-benar puas dan orgasme berjali-kali. Dan tibalah saatnya yang aku nanti-nantikan, aku mencoba memasukkan penisku ke vagina meraka berdua, yang pertama aku masukin vaginanya Linda, sebab dari tadi dia yang paling ingin vaginanya dientotin.

Sambil membuka kedua kakinya lebar-lebar lalu diangkat ke atas dengan dipegang oleh kedua tangannya, sehingga terlihat lobang kenikmatan surga yang sudah basah dari tadi menunggu penisku masuk. Sedang Mbak Wina sedang berciuman dengan Linda sambil meremas-remas payudaranya Linda. Kemudian aku mencoba memasukan penisku yang akhir.. Dengan lancarnya masuk juga penisku ini ke vaginanya.

"Bleess.. bless.. bleess.. awww.. ohh.. aahh.. mhh.. Yess.. ss.. uhh.." erangan Linda
"Dewa.. Puasin yah cinta.. vagina Linda, yahh.. Yah..?" sambil dia kelihatannya mendesah keenakan karena aku mulai mendorong penis keluar masuk lubang vaginanya.
"Ssshh.. Ooohh.. Aahh.. Eennakk Lliinn.. Daa.. Ccaayyangg..?" desahanku, akibat gesekan penisku sama vaginanya, yang ternyata masih seret juga.
"Dewaa.. Cepetin kocokkannyaa.. please.. Yang keras ngentotnyaa..?" ceracau Linda.
Yang akhirnya akibat aku dan Linda benar hebat goyangannya, aku merasa ada sesuatu yang maksa untuk keluar, tiba-tiba juga Linda, bicara..
"Ddewww.. Wwaa.. Aakkuu.. mau.. Keluar.. Nihh.. Masukin.. penisnya semuanyaa..?"
"Sama linn.. Aku juga mau keluar nih..?" timpalku.

Ternyata dia sudah enggak kuat lagi nahan dan.. Ccrrott.. Crrott.. Cccrroott.. Air kenikmatannya keluar..
"Aaarrhhgg.. Aarrgghh.. Aaarrgghh.. Uuuhh.. Eennaakk.. Ssaayyaanngg.. Penis.. Kkamuu..?" ceracaunya disaat dia mencapai pintu surga kenikmatannya.
Dan selang beberapa menit aku mau keluar..
"Aaarrghh.. Aarrgghh.. Oohh.. Ohh.. Yyeeaahh.. Enak.. Enaakk.. vaginanya kamu Lindaa..?" dan aku keluarin didalam vaginanya yang ueennakk tenann.

Setelah beberapa menit aku ngentot lagi dan sekarang sasaran penisku adalah vaginanya Mbak Wina yang aku ingin banget masukin penisku ke dalam lobang vaginanya yang kayaknya enak sekali. Lalu kami bertiga mengambil posisi aku terlentang dan Mbak Wina mengulum, menjilat dan mengkocok penisku dengan mulutnya sementara Linda di belakang Mbak Wina sambil memakan dan memainkan vaginanya Mbak Wina dari belakang. Terus Kak Wina pun naik ke atas tubuh aku dan memasukkan penisku ke lobang vaginanya dan akhirnya tenggelamlah penisku ke lobang surga kenikmatannya.
Bless.. Bblleess.. Bblleess..

Dengan lancar penisku masuk kevaginanya. Lalu Kak Wina pun mengoyangkan pinggulnya, ke atas dan ke bawah atau memutarkan lobang vaginanya, sesekali juga dia mengocok vaginanya sambil berciuman dengan aku, aku juga enggak tinggal diam aku pegang pantatnya untuk bantu kocokkannya.

"Ooohh.. Aaahh.. Mmbakhh.. Eennakk.. teruss.. Dewaa.. Bantuu.. Mmbbaakk.. Ccintaa.. Puasin vagina kakak sayangg..?" ceracaunya.
Sementara Linda aku suruh duduk diatas kepalaku dan aku makan habis-habis vaginanya itu sambil tanganku juga meremas-remas payudaranya Kak Wina.
"Ttrruus.. Ttruuss.. Dewaa.. Makan.. Maakkaann.. vagina Lindaa.. ,"
"Oohh.. Jiilaatt.. Ampee.. Puuaass.. Aahh.. Ssshh.. Ooohh.. " desahan Linda terus diiringi juga ama desahan, erangan Kak Wina yang semakin gencarnya vaginanya memakan penisku.

Dan akhirnya aku ama Kak Wina orgasme secara bersamaan.
"Aaarrgg.. Aarghh.. Aaarrgghh.. Eeennakk.. Puaass.. vagina.. Kakakk.. DDewaa.."
Saat Kak Wina orgasme dan terjatuh di atas tubuhku.
"Sama Kak Wina, Linda, kalian berdua, baik sekali.. Terima kasih Kak..?" sambil aku membelai mereka berdua dengan penuh kasih sayang, kemesraan dan kelembutan. Terus mereka hampir secara bersamaan, "Sama Mas Dewa.. Kamu juga baik sekali.. Ama kita berdua.. Aku ama Kak Wina baru sekarang ngentot ama cowok yang penuh dengan kasih sayang, iyah kan kak..?" tanya Linda.
"Iyah sayang..?" timpal Kak Wina. Terus Mbak Wina pun ikut bicara,
"Sebenarnya kita berdua yang dibutuhkan bukan saja biologis, tapi hal paling penting adalah, rasa cinta, kasih sayang, kelembutan dan saling pengertian, dan kamu adalah orang yang telah kita berdua idam-idamkan, karena selain kamu dapat melayani biologis, kamu juga pandai sekali memberikan kepuasan lainnya yang sangat penting sekali, aku sangat banyak berterima kasih ama kamu Dewa..?
"Iyah sama-sama Kak," jawabku.

Dan terakhir aku lakukan sekali lagi sama mereka berdua dengan cara, aku sedang ngentot vaginanya Linda. Lalu Kak Wina ambil dildo, penis dari plastik.. Yang diikat sebelumnya sama pinggang aku, jadi dipantat aku dipasang lagi semacam penis lalu Mbak Wina pun memasukkan ke dalam lobang vaginanya.
"Bleess.. Bleess..!?"

Lalu menggenjotnya bersama, pasti pembaca dapat membayangkannya posisiku waktu itu, aku dihimpit diantara dua wanita yang baik hati dan cantik, terus aku geser tubuhku kesamping dan masih dalam posisiku sambil menggenjot vagina Linda, biar Kak Wina bisa ngentot sambil berciuman sama Linda. Saling meremas, menjilat, mencium dengan penuh cinta kasih mereka berdua. Akhiranya kami bertiga lemas setelah pertarungan hebat tersebut.

"Makasih yah Dewa kamu mau ngentotin vagina aku dan Linda," kata Kak Wina.
"Aku juga sama kak, Kapan-kapan kalau kakak mau penisku lagi, call aku aja," tanyaku
"Iyah deh cayang, enak yah kalau penis yang benerannya daripada dildo".
"Iyah aku juga sama, makasih banyak," kata Linda sama berbicara.
"Nah Linda kita sekarang selain kita lesbi kita juga bisek, yah kapan-kapan boleh kan ngerasin penis beneran, yah kalau enggak ada yah dildo lagi deh..,"
"Tapi enggak senikmat penis yang beneran loh!!," timpalku..
"Iyah sih," jawab mereka berdua hampir bersamaan..
"Tenang aja Dewa, kalau kamu ingin vagina cewek lainnya, ntar aku kenalin deh ama teman cewekku lagi, itu juga kalau teman kakak mau? Barangkali mereka mau ama penis kamu, dan kalau kita atau teman cewek lesbiku bosan dengan dildo, aku pinjam yah penis kamu, buat muasin vagina-vagina kami semua..," kata Mbak Wina.
"Yuup..!! "jawabku
"Aku mau, Aduh kalian memang baik sekali," timpalku.
"Tapi maaf!! Yah Mas Dewa, kamu jangan sekali-sekali menggoda mereka, karena mereka sudah mempunyai pasangannya masing-masing, oke!!," kata Mbak Wina.
"Oke Mbak..?" jawabku tegas.

TAMAT

Panti Pijat Plus

Karena benar-benar capai, saya ingin pijat, maka saya pergi ke PPT dekat kantor rekanan saya bagian selatan Jakarta, maklum di rumah tidak ada yang bisa pijat. Tempatnya cukup lumayan depan rumah makan Texas, jadi habis pijat (segar plus capai hilang) bisa langsung makan, khan enak tuh, sebelumnya aku belum pernah ke tempat ini jadi niatku adalah benar-benar pijat, dengan nama Spesial Masturbasi (SM) kuberi istilah begitu karena (setelah beberapa kali) kebanyakan mereka akan menawarkan jasa seperti itu, tak lebih, sebenarnya inisial tersebut memang benar. Yang jadi persoalan adalah cara (teknik) mereka memang benar-benar profesional.

Banyaknya nama-nama WP (wanita pemijat bukan word perfect) tertulis di kepingan plastik, bagian sisi kiri adalah yang tersedia seperti Doxx, Soxx, Ixx, Axx, Wxx, Mxx, Sxx, Sxx, Nxx, Ixx, Sxx, dan teman-temannya, yang sudah dipesan (cobalah ingat daftar ini - sebab ini biasanya yang terbaik), sedangkan paling kanan sedang tugas, tetapi jangan salah terkadang resepsionis mengatur WP yang terlalu banyak tugas namanya diletakkan di tengah/dianggap dipesan biar WP lainnya merata tugasnya.

Biaya yang tertera di bandrol resepsionis VIP 1,5 jam $75, dengan kamar tertutup tirai ganda dengan dinding tembok (bukan kain/triplek). AC split sendiri, sebuah kursi dan nakash serta tempat sampah (cek apakah ada kondom, bila ada artinya tempat ini menyediakan order khusus). Cermin kecil, jam dinding, gantungan pakaian, tentunya tempat tidur (kalau sudah selesai pijat coba periksa di bawah sprei pasti ada perlaknya. Kalau ngompol biar nggak menetes ke kasur pegasnya (coba angkat perlaknya pasti di daerah pas kemaluan agak lembab kadang diberi pemutih untuk menghilangkan noda bekas ompol, kalau perlu angkat kasur pegasnya kadang-kadang menemukan bekas pakai kondom plus isinya). Sedangkan kamar biasa 1,5 jam $65 (1 jam $50) kamar ditutup kain, AC cassette dipakai bersama, tanpa kursi, lainnya sama dengan di atas. Melihat situasi di atas, sepertinya tidak ada pijat khusus seperti Monggomas, Kartika, dan lain-lain di daerah Kota.

Saya pesan Mbak Sxx ke Mbak Axx (resepsionisnya), kemudian saya dipersilakan ke kamar VIP 304, berarti saya naik ke lantai 3, dengan kondisi kamar seperti di atas.

Setelah masuk, tidak lama kemudian masuk Mbak Sxx (38D, tangan dan betis sedang, agak pendek 150 cm, sekitar 30 tahun, wajah sunda), saya melepaskan semua pakaian kecuali CD.

"Selamat siang Pak", sapa Mbak Sxx.
"Siang", jawabku.
"Mau minum apa Pak?", tanyanya.
"Teh plus krem panas tanpa gula!" kemudian dia pergi ke pesawat telepon di luar ruangan, dan kembali ke kamar lagi. Saat aku akan naik ke tempat tidur..
"Pakai krem nggak Pak?" tanya Mbak Sxx.
"Pakai!" jawabku singkat.
"Kalau gitu sekalian dilepas aja CD-nya nanti kena krem", kata Mbak Sxx.
Karena sudah telanjur tidur telungkup dengan kaki rapat, "Tolong dong lepasin!", seruku. Kan malu belum kenal udah mau lihat rudal mengkeret aja, jadi sambil tidur, CD-ku diplorotin sama dia, tentunya dengan melebarkan sedikit kakiku.
"Mbak AC-nya boleh nggak dimatiin aja, soalnya saya nggak kuat dingin?" Ini trikku karena dia pasti kepanasan, bayangin saja dia jalan sana-sini, mijat, pakai baju komplit, paling tidak blazer akan di lepas, dan tinggal kaos tanpa lengan (bahkan Mbak Soxx, kaos tanpa lengannya di angkat hingga bawah bra 42FF-nya). Jangan lupa letakkan rudal pada posisi yang aman, bila sewaktu-waktu berubah ukuran, tidak sakit.

Mulailah pijat tanpa krem ke seluruh tubuhku, dimulai dari telapak kaki, betis, paha, pantat, pinggang, punggung. Karena letak kedua kakiku agak rapat, saat dia memijat bagian telapak kaki, otomatis kakiku tertarik dengan sendirinya masing-masing terbawa ke tepi tempat tidur sehingga posisi kakiku terbuka lebar (akhirnya aku tahu maksud posisi ini untuk dapat memijat bagian dalam pahaku, menyenggol biji sedikit).

Saat memijat punggung dia naik ke tempat tidur dengan menduduki pantatku, dan paha bagian dalamnya menyentuh pinggangku, terasa dingin dan halus. Hasil sensor pantatku mengatakan bahwa dia menggunakan celana ketat hingga pangkal paha. Saat tangannya mendorong dari pinggang ke pundak, otomatis posisinya agak menunduk, terasa ada dua hal yang membuat sensor probe-ku over range. Pertama, itu payudara 38D menyentuh punggung, walau masih dibungkus bra dan kaos ada rasa kenyal gimana gitu. Kedua, Saat diduduki pasti daerah lobang pantat dia kan yang nempel di pantatku, nah saat dia menunduk otomatis daging vagina yang tembem seperti tutup bagasi VW Kodok-ku menyentuh pantatku dan ada rasa seperti kedutan, mungkin karena dia tekan pundakku sehingga tumpuannya ada di tutup bagasi itu.

Hingga akhirnya memijat bagian lipatan paha dalam yang kadang-kadang ujung jarinya menyentuh rambut di sekitar biji (kalau aku bilang sih bukan pijat tapi sentuhan atau lebih halus lagi. Padahal belum pakai krem, kalau dia sebelum melakukan ini dia bilang Punten, maka lain kali kalau ke sini lagi, aku langsung order banyakin Puntennya saja, sayang dia nggak bilang). Untuk ukuran pria normal, digituin sih ya pasti kemaluanku bangun, ibarat dongkrak mobil, otomatis pantat keangkat, karena volume kemaluan terisi penuh, untung sudah pada posisi, coba kalau lagi ketekuk, pasti tuh pantat lebih tinggi lagi ngangkatnya.

Lama nggak ngobrol, hanya mendengarkan musik sayup-sayup, dan nampaknya dia sudah menguasai keadaan-aman terkendali (lihat pantatku kadang naik dan merasakan pangkal kemaluanku keras saat pijat dekat biji tadi), keluarlah pertanyaan standar PPT.
"Ke sini sama teman Pak?" tanya Mbak Sxx.
"Nggak" jawabku.
"Sudah pernah ke sini?"
"Sudah.." agak berbohong, biar aku tahu servicenya nanti seperti apa, soalnya sesama WP mereka juga bersaing baik wajah, teknik, dan lain-lain.
"Dengan siapa Pak?"
"Wah aku lupa namanya, nggak ngingetin sih!" jawabku. Kalau kamu jawab nama WP-nya nanti dia akan tanya diservice apa aja, bayar berapa dan lain-lain.
"Berarti sering dong Pak",
"Nggak juga, asalnya dari mana Mbak?" tanyaku.
"Bandung", pembicaraan terhenti.

Dia mulai memijat dengan krem yang cukup banyak (ini pijat apa lulur krem) semuanya dari arah bawah ke atas (mungkin maksudnya ke arah jantung, agar peredaran darah lancar, nah bisa bayangkan peredaran darah lancar, kemaluan jadi keras, apa nggak tinggal muncrat saja) tapi teknik pijatnya cukup baik (menurutku) pada daerah tanpa titik rangsang dia akan tekan, tapi bila di daerah titik rangsang berubah tekanannya (bukan pijat tapi sentuhan) bayangkan aku dibikin tegang-nggak-tegang-nggak dan seterusnya, disinilah seninya seks, kalau cuma masukin - muncrat - tidur ngorok nggak ada seni, hanya kewajiban memenuhi kebutuhan.

Urutan pijat dengan krem dilakukan sama seperti tanpa krem, hanya saat dia mulai ke daerah pantat, dia ada di sisi kiriku dekat pinggang, dengan usapan dari paha luar ditarik ke atas masuk antara biji dan paha dalam mengitari lubang anus (yang terkadang sengaja disentuh) dengan kedua tangan secara bergantian, otomatis pantatku naik lagi, pindah ke betis, terus kembali ke pantat lagi (dalam hatiku harus sabar nih, bayangin coba kamu dirangsang terus dicuekin, dirangsang turus di cuekin dan seterusnya), pantas memang lobang pantat itu enak kok kalau dielus-elus, nggak pria atau wanita sama saja, apalagi di masukin. Kemudian dia pindah ke sisi kanan, kembali aku di rangsang terus di cuekin (memijat di tempat lain tanpa menghiraukan rudal yang sudah tanggung), di rangsang terus di cuekin dan seterusnya).

Setelah tahu bahwa kemaluanku keras (dengan menyentuh pangkal kemaluanku dia tahu kalau aku sudah ereksi) berarti aman terkendali, sebab kalau nggak bangun berarti dia harus bersusah payah untuk membangunkan agar dapat tip khusus. Dia pindah memijatnya ke pundak terus ke pinggang terus tangan (benar-benar dibuat kesal nih kemaluanku). Untuk pinggang dia tidak menduduki pantatku lagi, karena banyak krem, takut bajunya kotor (sebelumnya aku protes kok nggak seperti tadi mijatnya?).

Setelah itu dia kembali lagi ke pantat dan melakukan pijatan seperti tadi lagi, terpaksa aku protes keras.
"Teteh! (kakak; bahasa Sunda) tolong dong jangan dibikin pusing nih!" kataku.
"Memangnya kenapa, Pak?" tanyanya.
"Itu mijatnya bikin pusing nih",
"Ya udah Bapak diam saja, ikutin saja yah!"
"Ya sudah",
"Tetapi nanti tip-nya spesial ya Pak!" tuh kan benar.
Disinilah triknya saat kita lagi butuh banget, dia memberikan penawarannya, memang hampir semua WP berusaha mati-matian secara singkat dan seksama membuat kita tegang dan bikin pusing, yang akhirnya kalau sudah nggak kuat akan mengeluarkan work-order.
"Berapa spesialnya?" kataku lagi.
"Biasanya $100",
"Ya sudah", tanpa merinci lagi work-order seperti apa yang akan dia lakukan (soalnya aku belum tahu) lebih gila lagi aku belum tahu apakah di dompet ada $175 ($75 kamar $100 tip) dan seingatku cash only. Disinilah kelakuan para pria, di otak kepalanya yang lebih besar bisa dikalahkan dengan isi kepala bawahnya yang cenderung lebih kecil tapi bisa bikin kepala bagian atas tips buat para wanita.

Mulailah dia meraba dengan menambah krem tadi dengan baby oil (mungkin, soalnya rasanya lebih cair) di bagian pantat, terus meraba dengan ketajaman kukunya dia menyisir (bahasa kasarnya digaruk, tapi lembuut banget) rambut sekitar biji ke arah anus. Wah, volume darah di kemaluanku semakin penuh dan pantat ke angkat sebatas kemaluan, biar nggak ketindihan badanku. Tahu kalau ada celah kiri antara kemaluanku dengan pangkal paha tangannya masuk dan mengelus secara perlahan bagian paha, yah naik lagi pantatku, diulangi lagi celah kanan, yah naik lagi pantatku, pijat lagi sekitar lubang anus, yah naik lagi pantatku, hingga posisi badanku tertumpu pada lutut kaki dan siku tangan dan muka menancap di bantal. Sensasinya, jangan anggap enteng. Kucoba mengeluarkan kepalaku dari bantal dan melirik ke belakang, wah ternyata dia duduk dengan posisi mengangkang spt huruf M, kan benar pakai celana pendek ketat sebatas paha, tapi kelihatan mblendug-nya persis seperti tutup bagasi VW-ku. Aku mencoba meraih tutup bagasi itu, tapi kuurungkan, karena ini pertama kali aku ketemu dia.

Akhirnya dapat juga yang dia cari, memijat kemaluanku secara perlahan sekali lagi perlahan, seperti menimang rudal nuklir takut meledak, dengan sangat pelan tangannya ditarik sehingga hanya bagian ujung jari-jari ke arah anus seolah-olah takut kemaluanku jatuh, tangan berputar sesuai dengan bongkahan pantat, jari tangan kiri ke arah kiri dan jari tangan kanan ke arah kanan, saat ini kalau kemaluanku tidak sehat pasti jatuh (ereksi 60%-80%), tetapi yang terjadi antara kemaluan dengan badan seperti garis yang tidak bersinggungan kata geometri, keras sekali, (setelah tegang, aku bilang sama Teteh bahwa apakah tamu Teteh pijat seperti itu apa tegang semua, atau bila orang impoten apakah bisa ereksi, soalnya di atas kepalaku sudah banyak bintang kecil-kecil alias pusing).

Akhirnya aku berkata, "Teteh, aku sudah nggak tahan keluarin aja!"
Tangan kanannya menggenggam kemaluanku dengan lembut (tanpa tekanan dan banyak baby oil-nya) memutar kepala kemaluan dengan jari-jarinya, genggam batang, maju mundur, sementara tangan kiri menusuk anus, kadang meraba rambut di sekitar anus, begitu berulang-ulang, hingga sperma akan keluar. Kira-kira dalam perjalanan di tengah batang kemaluan, eh dipijat sekuatnya kemaluanku, otomatis aku bergetar (over vibration), tak berapa lama dilepas, ya muncrat cairan dari kemaluanku dengan tekanan yang kuat dan nyaris mengenai daguku. Setelah tekanan cairanku turun, otomatis badanku ambruk seperti hidrolik saja atau mesin yang shut-down.

Si Teteh membersihkan tangannya yang belepotan baby oil plus krem plus cairanku dengan kain sprei, dan melanjutkan memijat. Aduh enak lho rasanya, setelah ejakulasi dipijatin, rasanya seperti habis lari dikejar anjing terus selamat lompat pagar.

"Pak sekarang bagian depannya" tanya Teteh. Aku membalikkan badanku, terlihat kemaluanku mengkerut kembali seperti semula, dan Teteh mulai memijat, seperti urutan saat aku telungkup.
"Pak perutnya di urut nggak?" tanya Teteh. Aku menggangguk saja, sepertinya capai banget, dia tersenyum saja melihat aku kelenger.
"Kenapa ketawa?" tanyaku.
"Nggak, itu keluarnya banyak banget dan itunya keras banget",
"Kamu bisa saja nyanjung, entar, kutambah nih tip-nya", candaku.
"Pak ini mau dikeluarin lagi?" tanpa sadar saat urut, rupanya perutku ditarik dari bawah ke atas (mungkin karena gravitasi, perutku buncit jadi turun sehingga perlu ditarik ke atas) tapi saat ditarik, ujung jari menyentuh kemaluanku. Ya, tegang lagi. Aku tidak menjawab, hanya mengangguk sambil memberikan senyum (yang paling manis dari yang kupunya).

Cuma karena posisi telentang jadi mengurutnya (bukan sortir) digenggam dari bawah ke arah atas sambil diputar dengan telapak tangan menyentuh ujung kemaluan, karena tadi sudah keluar. Jadi sekarang agak lama, tapi dengan keahliannya, tangan kanan mengurut kemaluan, tangan kiri meraba biji hingga menyisir rambut sekitar anus, dan akhirnya keluar juga cairanku.
"Pak permisi keluar dulu, cuci tangan", aku mengangguk saja.

Gila 1 jam 20 menit, aku segera pakai kimono dan menuju kamar mandi, dan pakai baju, karena masih ada waktu aku sempatkan mengobrol.
"Teteh liburnya hari apa?" tanyaku.
"Hari Jumat, kenapa tanya libur segala, mau ke sini lagi?"
"Nggak kalau ada temanku mau ke sini kan jadi tahu."
"Bapak orangnya baik deh",
"Oh iya uang tip-nya belum yah, pantes kamu nyanjung terus", candaku sambil memberikan $100-ku sambil kulihat masih ada selembar lagi berarti selamatlah aku nanti diresepsionis, artinya kan nggak dikejar pengaman PPT.
"Benar Pak, biasanya tamu suka meraba-raba, pegang sana sini, akunya yah belum tahu aja. Semua pria itu bajingan. Kata bokap tetangga temanku nasehatin anak perawannya, kucing itu kalau diberi ikan kadang pura-pura ngambil dikit, tapi kalau nggak ada orang (ada kesempatan) yang diambil ayam seekor, dasar perempuan kaya bola, jauh dikejar, dekat ditendang."
"Ya sudah, nih uang tip-nya, makasih ya Teteh", sambil kucium tangannya.

Sekilas kulihat bulu tangannya merinding.
"Kenapa merinding?"
"Nggak, Bapak memperlakukan WP koq kayak gitu sih",
"Kamu manusia kan, saya juga gitu, dan saya benar-benar puas",
"Pak ke sini lagi yah!"
"Nggak janji yah!"
Tahu nggak, aku melakukan itu semua, ya memberikan preview yang baik agar kalau ke sini lagi dapat yang lebih, pakai ilmu kucing dong.
"Ya udah, terima kasih Teh", dibukanya kain penutup pintu, langsung aku pergi ke resepsionis.
"Makasih Mbak Ajxx", sapaku.
"Sama-sama Pak", jawabnya.
Tiba-tiba.., "Lho, elu Bud", tanya suara dari belakangku.
"Eh, iya Fexx, kok kamu di sini?"
"Iya gue lagi nunggu Sxx yang lagi kerja, abis pijat sama siapa lu",
"Eh.. sama Sxx"
"Wah lu pasti pijat anus yah?" ucapnya (agak keras, sehingga pengunjung di ruang tunggu pun terdengar).
"Nggak, apaan tuh?" pura-pura bodoh, gila nih anak bikin aku malu aja.
"Ya udah sana, lu kelihatan lemes bin lapar", katanya.
"Nah kamu nunggu siapa?"
"Lu berakin gue tahu".
Oh ternyata dia nungguin Sxx yang kerja denganku, aku ngeloyor sambil senyum, mudah-mudahan jari tangan si Teteh nggak dicuci biar dia pijat dengan kerak di sekitar anusku. Langsung saja aku ngeloyor menuju Texas, makan hati/lever 5 buah plus teh manis panas, untuk mengembalikan tenagaku yang hilang diserap Teteh Sxx.

TAMAT